Friday 28 February 2014

Pola bisnis B2C Galeripos Apakah Sudah Tepat?


Beberapa kali PT Pos Indonesia Perseo (Selanjutnya disebut Posindo) mencoba untuk berkiprah dalam bidang e-commerce, terhtung sejak tahun 2011 telah tiga kali website e-commerce Posindo merubah tampilan (baca: ganti script) bahkan baru-baru ini merubah nama domain. Toko online Posindo sebelumnya bernama www.plazapos.com merubah domain cabang usaha dari perusahaan jasa logistic plat merah ini menjadi www.galeripos.com.

Seperti disebutkan sebelumnya, terdapat tiga versi website e-commerce Posindo yaitu:
(1) Plazapos v1
Pada medio 2011 saat pertama kali saya mengenal www.plazapos.com (selanjutnya saya sebut plazapos v1). Plazapos v1 ini bekerjasama dengan sarinah dalam pengadaan barang. Jadi bahasa awamnya adalah, Posindo membantu pemasaran produk-produk dari sarinah.
Mungkin dikarenakan kurangnya order dari pelanggan, kurangnya staf yang ngurusin dan konsep yang tidak jelas maka akhirnya plazapos v1 ini ibarat “Hidup Segan, Mati Tak Mau”

(2) Plazapos v2
Pada awal 2013 plazapos di re-launching oleh Posindo, we called it plazapos v2 ada perubahan signifikan pada tampilan plazapos v2 ini. Konsep pun berubah yang sebelumnya divendor oleh sarinah menjadi selling their own products. Tapi satu lagi pertanyaannya: Who’s product? Apa Posindo menjadi distributor barang-barang tersebut? Atau mengambil dari mitra? Tetap ga jelas konsepnya

(3) Galeripos
Pada awal 2014 ini, akhirnya plazapos v2 berganti nama menjadi galeripos, dengan menggunakan script toko online magento Posindo mencoba untuk menawarkan konsep yang hampir sama dengan plazapos v2.


Pola Bisnis B2C atau C2C?
Dilihat dari mukadimah diatas, seharusnya Posindo  menyadari bahwa dari 2 (dua) kali kegagalan diatas ada sesuatu yang salah dalam konsep e-commerce yang dijalankan oleh Posindo . 
Untuk memulai sebuah e-commerce berbasis Business to Consumer (B2C) seharusnya Posindo  sudah memiliki backbone yang kuat dalam penjualan secara fisik yaitu aliran barang dagangan yang ingin dijual secara jelas dan secara kontinyu dan segment pasar yang mau dibidik. Kalaupun mau mencontoh toko online yang mengadopsi pola B2C dengan multi-vendor adalah rakuten.co.id, mereka mampu menggandeng 60 lebih pedagang online untuk memasarkan produknya pada situs toko online mereka. Tentunya marketing Posindo harus lebih aktif untuk mencari mitra dan meyakinkan mitra bahwa produk yang mereka pasang pada situs galeripos.com ini completely safe (ingat kasus plazapos v1 diatas)

Sedangkan saya coba untuk menelaah visi dari bisnis e-commerce Posindo  ini akan menuju ke arah mana, karena pada dasarnya Posindo  ini adalah perusahaan ekspedisi seharusnya Posindo berpikir untuk memanfaatkan media e-commerce untuk menambah pelanggan yang menggunakan jasa mereka.
Menurut penulis seharusnya pola bisnis e-commerce yang cocok untuk Posindo  adalah C2C yaitu costumer yang menyediakan barang jualannya sedangkan Posindo  hanya cukup menyediakan media pengiklanannya, jasa pembayaran (misal menggunakan jasa wesel) dan juga media pengirimannya menggunakan produk asli Posindo  (Pos Express, Pos Kilat Khusus ataupun Paket Pos Biasa). Dengan cara pola bisnis C2C seperti ini, pihak Posindo  tidak perlu repot-repot untuk mencari vendor untuk memasok ‘barang dagangan’ ataupun melakukan proses pengadaan barang dagangan tersebut.

Last but not least, hal lain yang juga penting adalah bagian yang mengurus bisnis e-commerce ini. Apakah Posindo  telah memiliki tim yang dedicated mengurus bisnis ini baik dari segi IT, marketing, finance, customer service ? (trivia: staf yang ‘ngurusin’ Rakuten Belanja Online berjumlah 60 orang).
Sebagaimana yang diulas oleh tempo dalam artikelnya Gurihnya Berdagang di Dunia Maya, bisnis internet ini adalah bisnis yang gurih walaupun pada saat ini sudah banyak bermunculan pemain baru tetapi tetap saja pangsa pasar yang no boundaries ini seolah-olah dapat menjangkau 250juta penduduk Indonesia, tidak dapat dikatakan bisnis ‘main-main’ atau ‘coba-coba’. Maka menurut penulis dengan adanya ‘soft-launching’ galeripos.com ini dirasa sangat prematur dan terburu-buru banyak yang sepertinya kurang persiapan. Seharusnya Posindo lebih rajin melakukan benchmarking ke toko online yang sudah running dan benar-benar profit. Kalo perlu Posindo dapat melakukan langkah professional hijack orang-orang dari perusahaan tersebut (speakin of professional hijack, I will write about it next time ya-red). Mungkin kalau tidak mau repot dapat mengakuisisi toko online yang sudah berjalan tesebut untuk dijadikan anak perusahaan (sama halnya dengan Bank yang ingin spin-off usaha perbankan menjadi Bank Syariah).
Apabila tetap dilanjutkan seperti ini, bukan tidak mungkin galeripos.com akan bernasib sama dengan pendahulunya yaitu plazapos(v1) dan plazapos(v2)
Akhir kata, seberapa serius kah PT Pos Indonesia (Persero) menggarap lahan bisnis ini? Atau hanya “numpang lewat” saja seperti program-program sebelumnya?

 -sijayuz-