Beberapa kali PT Pos Indonesia Perseo (Selanjutnya disebut Posindo)
mencoba untuk berkiprah dalam bidang e-commerce, terhtung sejak tahun 2011
telah tiga kali website e-commerce Posindo merubah tampilan (baca: ganti
script) bahkan baru-baru ini merubah nama domain. Toko online Posindo sebelumnya bernama www.plazapos.com merubah domain cabang
usaha dari perusahaan jasa logistic plat merah ini menjadi www.galeripos.com.
Seperti disebutkan sebelumnya, terdapat tiga versi website
e-commerce Posindo yaitu:
(1) Plazapos v1
Pada medio 2011 saat pertama kali saya mengenal www.plazapos.com (selanjutnya saya sebut
plazapos v1). Plazapos v1 ini bekerjasama dengan sarinah dalam pengadaan
barang. Jadi bahasa awamnya adalah, Posindo membantu pemasaran produk-produk
dari sarinah.
Mungkin dikarenakan kurangnya order dari pelanggan,
kurangnya staf yang ngurusin dan konsep yang tidak jelas maka akhirnya plazapos v1
ini ibarat “Hidup Segan, Mati Tak Mau”
(2) Plazapos v2
Pada awal 2013 plazapos
di re-launching oleh Posindo, we called it plazapos v2 ada perubahan signifikan
pada tampilan plazapos v2 ini. Konsep pun berubah yang sebelumnya divendor oleh
sarinah menjadi selling their own products. Tapi satu lagi pertanyaannya: Who’s
product? Apa Posindo menjadi distributor barang-barang tersebut? Atau mengambil
dari mitra? Tetap ga jelas konsepnya
(3) Galeripos
Pada awal 2014 ini, akhirnya plazapos v2 berganti nama
menjadi galeripos, dengan menggunakan script toko online magento Posindo
mencoba untuk menawarkan konsep yang hampir sama dengan plazapos v2.
Pola Bisnis B2C atau C2C?
Dilihat dari mukadimah diatas, seharusnya Posindo menyadari bahwa dari 2 (dua) kali kegagalan diatas ada sesuatu yang salah dalam konsep e-commerce yang dijalankan oleh Posindo .
Dilihat dari mukadimah diatas, seharusnya Posindo menyadari bahwa dari 2 (dua) kali kegagalan diatas ada sesuatu yang salah dalam konsep e-commerce yang dijalankan oleh Posindo .
Untuk memulai sebuah e-commerce berbasis Business to
Consumer (B2C) seharusnya Posindo sudah
memiliki backbone yang kuat dalam penjualan secara fisik yaitu aliran barang
dagangan yang ingin dijual secara jelas dan secara kontinyu dan segment pasar yang
mau dibidik. Kalaupun mau mencontoh toko online yang
mengadopsi pola B2C dengan multi-vendor adalah rakuten.co.id, mereka mampu
menggandeng 60 lebih pedagang online untuk memasarkan produknya pada situs toko online mereka. Tentunya marketing Posindo harus
lebih aktif untuk mencari mitra dan meyakinkan mitra bahwa produk yang mereka pasang pada situs galeripos.com
ini completely safe (ingat kasus plazapos v1 diatas)
Sedangkan
saya coba untuk menelaah visi dari bisnis e-commerce Posindo ini akan menuju ke arah mana, karena pada
dasarnya Posindo ini adalah perusahaan
ekspedisi seharusnya Posindo berpikir
untuk memanfaatkan media e-commerce untuk menambah pelanggan yang menggunakan
jasa mereka.
Menurut penulis seharusnya pola bisnis e-commerce yang cocok untuk Posindo adalah C2C yaitu costumer yang menyediakan
barang jualannya sedangkan Posindo hanya
cukup menyediakan media pengiklanannya, jasa pembayaran (misal menggunakan jasa
wesel) dan juga
media pengirimannya menggunakan produk asli Posindo (Pos Express, Pos Kilat Khusus ataupun Paket
Pos Biasa). Dengan cara pola bisnis C2C seperti ini, pihak Posindo tidak perlu repot-repot untuk mencari vendor untuk
memasok ‘barang dagangan’ ataupun melakukan proses pengadaan barang dagangan
tersebut.
Last but not least, hal lain yang juga penting adalah bagian
yang mengurus bisnis e-commerce ini. Apakah Posindo telah memiliki tim yang dedicated mengurus
bisnis ini baik dari segi IT, marketing, finance, customer service ? (trivia: staf
yang ‘ngurusin’ Rakuten Belanja Online berjumlah 60 orang).
Sebagaimana yang diulas oleh tempo dalam artikelnya Gurihnya Berdagang di Dunia Maya, bisnis internet ini
adalah bisnis yang gurih walaupun pada saat ini sudah banyak bermunculan pemain
baru tetapi tetap saja pangsa pasar yang no boundaries ini seolah-olah dapat
menjangkau 250juta penduduk Indonesia,
tidak dapat dikatakan bisnis ‘main-main’ atau ‘coba-coba’. Maka menurut penulis
dengan adanya ‘soft-launching’ galeripos.com ini dirasa sangat prematur dan terburu-buru banyak
yang sepertinya kurang persiapan. Seharusnya Posindo lebih rajin
melakukan benchmarking ke toko online
yang sudah running dan benar-benar profit. Kalo perlu Posindo dapat melakukan langkah professional hijack orang-orang dari perusahaan
tersebut (speakin of professional hijack, I will write about it next time ya-red).
Mungkin kalau tidak mau repot dapat mengakuisisi toko online yang sudah
berjalan tesebut untuk dijadikan anak perusahaan (sama halnya
dengan Bank yang ingin spin-off usaha
perbankan menjadi Bank Syariah).
Apabila tetap dilanjutkan seperti ini, bukan tidak mungkin
galeripos.com akan bernasib
sama dengan pendahulunya yaitu plazapos(v1) dan plazapos(v2)
Akhir kata, seberapa serius kah PT Pos Indonesia (Persero)
menggarap lahan bisnis ini? Atau hanya “numpang lewat” saja seperti
program-program sebelumnya?
-sijayuz-